Elon Musk dan Tesla mencapai kesuksesan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, dan menempatkan produsen mobil lama di posisi belakang, dan kendaraan listrik atau EV berada di puncak daftar terlaris di Eropa untuk pertama kalinya.
Tetapi, Bos pabrikan asal Amerika Serikat ini tidak berbasa-basi ketika menjelaskan ancaman yang ditimbulkan oleh merek kendaraan listrik Tiongkok.
Disitat dari Carscoops, dalam laporan pendapatannya pada pekan ini, Elon Musk memperingatkan bahwa produsen mobil Tiongkok akan menghancurkan lawan globalnya. Namun hal tersebut bisa saja tidak terjadi, jika negara-negara lain menerapkan hambatan untuk masuknya gelombang mobil listrik asal Negeri Tirai Bambu.
“Jika tidak ada hambatan perdagangan yang ditetapkan, hal tersebut akan menghancurkan sebagian besar perusahaan mobil lain di dunia,” disitat dari laporan Reuters, saat Musk mengatakan kepada para analis.
Peringatan jujur dari pemilik Tesla ini datang tak lama setelah BYD menyingkirkan perusahaan Negeri Paman Sam tersebut dari puncak perusahaan mobil listrik tertaris.
Padahal di sisi lain, Tesla pada 2023 bergerak secara agresif, termasuk memangkas harga, mengejar volume dengan mengorbankan keuntungan, dan berhasil menurunkan harga.
Menko Luhut Bantah Soal Tesla Tak Gunakan Baterai Nikel
Polemik terkait baterai lithium ferro phosphate (LFP) dan nikel terus menjadi perbincangan. Hal tersebut, menyusul pernyataan dari Co-Captain Timnas AMIN Tom Lembong yang mengatakan Tesla sudah tidak lagi menggunakan baterai nikel manganase cobalt (lithium NMC) dan beralih menggunakan LFP.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pabrik Tesla di Shanghai, China tidak seratus persen meninggalkan nikel.
“Tidak benar pabrik di Shanghai menggunakan 100 persen LFP atau lithium ferro phosphate untuk mobil listriknya,” jelas Luhut, melalui akun instagram resminya @luhut.pandjaitan, ditulis Kamis (25/1/2024).
Lanjut Menko Luhut, baterai mobil listrik berbasis nikel juga masih digunakan oleh produsen baterai asal Korea Selatan, LG untuk dipasok ke pabrik Tesla di Shanghai.
Namun, Luhut juga tak menampik jika memang sudah ada pabrikan yang memang mengarah menggunakan LFP. Hal itu, mengiat penelitian yang terus berkembang di industri baterai kendaraan listrik.